Pembenahanitu dilakukan dalam lingkup eksternal dan internal. Hal-hal yang dia lakukan, seperti yang dituliskan dalam bahan khotbah kita (2 Tawarikh 17:1-9) adalah: Pembenahan Eksternal : Ay. 2 (Militer): Menempatkan pasukannya di Yehuda dan kota-kota Efraim yang direbut ayahnya, Asa. Ay, 6b (praktek kerohanian): Membersihkan tempat-tempat
Bangkit Kepada Hidup BaruRoma 6 1 – 14Nas Ayat 4 Pokok bahasan Kematian dan kebangkitan Yesus itulah jalan menuju hidup baru Surat Roma adalah surat terpanjang yang pernah ditulis oleh Rasul Paulus dan dianggap sebagai yang paling lengkap memaparkan pokok-pokok ajaran iman Kristen. Karena itulah surat ini pernah dianggap sebagai sebuah ringkasan ajaran iman Kristen Philip Melanchthon a compendium of Christian doctrine. Sebagaimana kita ketahui, rasul Paulus menulis surat ini kepada sebuah jemaat, yang walau kecil namun sangat dinamis, yang berada di tengah-tengah sebuah masyarakat Ibukota yaitu Roma. Sebagai sebuah ibukota kekaisaran dunia, Roma membentuk sebuah masyarakat yang berbudaya serba megah dan mengutamakan keperkasaan manusia. Apalagi ketika kaisar menuntut agar ia diakui dan dipuja sebagai penjelmaan dewa. Di samping dia tidak boleh ada wujud kekuasaan yang setara. Semuanya harus ditempatkan di bawah dia. Kita kini makin memahami bahwa hal itu tidak lebih dari sebuah “strategi politik” kaisar untuk mengukuhkan kekuasaannya; jadi semacam politisasi agama. Karena itu, di sekitar tahun 49 AD, kaisar Klaudius mengusir semua orang yang berdarah Yahudi dari kota Roma, karena adanya kerusuhan akibat perpecahan tentang sunat. Orang yang bersunat dan tak bersunat. Orang yahudi memaksa orang yang non yahudi yang menjadi Kristen untuk melakukan sunat. Kemungkinan lain karena mereka yang dituduh menyebarkan ajaran tentang seorang KURIOS Lord, TUHAN dan SOTER Saviour, Juruselamat lainnya yaitu Yesus Kristus. Kejadian sejarah ini direkam secara singkat di dalam Kis Rasul 182, yang sekaligus memberikan kesaksian bahwa di dalam jemaat Kristen di Roma sudah ada pula orang-orang yang berkebangsaan Yahudi mis. nama-nama Prisca/Priscila dan Aquila. Pengakuan inilah yang dipertaruhkan jemaat-jemaat Kristen di tengah-tengah masyarakat yang majemuk seperti halnya masyarakat Roma dan wilayah kekaisaran Romawi pada umumnya viz. Roma 116-18, yang berulangkali mendatangkan risiko besar bahkan hidup mereka sendiri; dpl. pengakuan inilah yang merupakan sumber kekuatan tetapi sekaligus tantangan yang maha berat bagi jemaat-jemaat Kristen di dalam kekaisaran Romawi khususnya di Roma pada masa-masa tertentu ingat penganiayaan dahsyat di masa Kaisar Nero. Sementara itu, dapat pula dicatat bahwa kondisi dan situasi internal jemaat Kristen di Roma memperlihat kondisi dan situasi yang lasim bagi sebuah jemaat majemuk, baik dari sudut latar belakang sosial budaya maupun paham keagamaan pdt Lambe’ istilahkan sebagai “budaya dan pemahaman keberagamaan” yang berbeda-beda. Orang Yahudi datang dengan budaya Taurat, sementara yang bukan Yahudi datang sebagai yang tidak mengenal budaya hukum Taurat menyambut dengan sangat sukacita pemberitaan rasul Paulus tentang dibenarkan oleh iman dalam Yesus Kristus.’ Situasi dan kondisi sedemikian sempat menimbulkan ketegangan berkepanjangan di dalam jemaat dalam mengelaborasi dalam sikap dan perilaku moral dan etik kehidupan kristiani mereka atas iman kepada Yesus Kristus TAURAT >< Injil! Dipertentangkan. Pertanyaan pokok adalah apakah Injil meniadakan hukum Taurat? Apakah percaya kepada dan hidup di dalam Kristus berarti bebas dari kewajiban terhadap hukum Taurat? Situasi demikian tentu saja akan melemahkan jemaat Kristen khususnya dalam upaya mereka mempertahankan kewibawaan ajaran iman Kristen di tengah-tengah sebuah masyarakat yang memang sudah memusuhinya dan berusaha menghapuskannya dari dalam wilayah kekaisaraan Romawi. Terhadap hal itu Paulus tidak berdiam diri. Dengan “kepiawaiannya” sebagai seorang yang sangat terpelajar dalam hukum Taurat, yang dilandaskan pada penghayatannya terhadap iman kepada Yesus Kristus setelah ia ditaklukkan oleh kuasa Kristus, ia mengungkapkan interrelasi dan interaksi antara Injil dan hukum Taurat di dalam diri dan kehidupan sehari-hari seorang yang percaya kepada Yesus Kristus. Menurut pemahaman para penafsir, perikop pembacaan kita, yaitu Roma 61-14, ditempatkan dalam konteks Roma 61 – 76 dengan tema Pembenaran sebagai anugerah yang memancar dari sebuah kehidupan yang sudah ditata kembali. Paulus mengakhiri Roma 5 dengan pernyataan yang sangat mengejutkan, khususnya pada kalimat-kalimat ”….di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah….” ayat 20b. Pernyataan ini tentu saja disambut dengan sangat bersemangat oleh kaum “bebas merdeka” semacam “Libertinisme Kristiani”. Tetapi pernyataan ini tentu saja membuat terkejut kaum “legalisme Kristiani” yang masih tetap berpegang teguh pada hukum Taurat sebagai prasyarat dan syarat untuk mengalami pembenaran dalam Yesus Kristus. Tetapi rasul Paulus tidak bermaksud demikian, baik seperti yang dipahami oleh kaum libertinis maupun seperti yang dipahmi oleh kaum legalistik Kristiani. Untuk menjelaskan maksud yang dikemukakannya melalui ungkapannya yang mengejutkan itu, rasul Paulus mengangkat inti dan pokok utama dari pengakuan iman Kristen, yaitu mengenai kematian dan kebangkitan Yesus Kristus mengenai arti dan maknanya bagi kehidupan orang percaya. Bertolak dari pemahaman tentang hal itu, rasul Paulus sekaligus menolak baik paham “libertinisme Kristiani”, maupun paham “legalisme Kristiani”. Ayat 4 yang telah diramu ke dalam tema “ Bangkit Kepada Hidup Baru” . Kematian Kristus bagi orang-orang yang percaya berarti kematiaan manusia kita yang lama dengan segala bentuk pemberontakan kepada TUHAN. Dalam iman yang sama kebangkitanNya berarti orang-orang mengalami pembaharuan transformasi. Bandingkanlah dengan pemahaman rasul Paulus dalam II Kor 517ff yang berkata-kata tentang ciptaan baru. Manusia telah dipulihkan kepada kemanusiaannya yang asali seperti yang diberitakan di dalam Kejadian 1. Manusia yang telah mengalami hal itu telah dibebaskan dari hukuman Allah karena dosa dan beroleh anugerah keselamatan yang kekal. Sebagai manusia baru’, hubungan dengan Allah yang sudah dipulihkan akan terus mewujud dan tercermin di dalam kehidupan seorang yang percaya. Hukum Taurat bukan lagi sebuah beban dan kewajiban untuk dipenuhi agar memperoleh anugerah dan pembenaran, melainkan merupakan bagian dari sebuah sikap hidup yang benar sesuai kehendak Allah Roma 122. Refleksi 1. Hari ini kita memperingati dan merayakan hari kebnangkiytan Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan cara bagaimanakah kita memperingati dan merayakannnya?. Apakah dengan lomba olaraga yang penting?, PS, bakea`, domino, dsb? Apakah dengan cara itu kita dapat memaknai kebangkiotanb Kristus bagi hidup kita?. 2. peri hal mati dan bangkit bersama Kristus terp[aut erat satu sama yang lain, meskipun keduanya bukanlah sesuatu yang sudah dilalui. Kita menempuh kehidupan yang baru sambil mematikan manusia lama kita. Kebangkitan bersama Kristus bukanlah peristiwa yang terjadi sesaat, melaionkan suatu perjalanan setapak demi setapak, perjuangan melawan kuasa dosa setiap hari dan selama hidup kita. Bangkit kepada hidup baru berarti pertobatan yang terus menerus. 3. Ada sesuatu yang baru yang telah terjadi pada diri kita, yaitu pembaharuan akal budi. Hal itu haruslah menjadi novum dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita sebagai jemaat Jesus Kristus di dalam sebuah masyarakat majemuk seperti halnya Indonesia. Banyak orang sedang berbicara tentang sebuah keharusan untuk membangun dan memperkuat kembali moralitas bangsa. Tetapi ternyata pendekatan yang hendak dipaksakan adalah melalui hukum, undang-undang, dan kekuasaan Negara. Dipastikan cara pendekatan ini hanya akan membuahkan keadaan yang membuat individu di negeri ini merasa dikekang, selalu merasa dimata-matai, sementara para petugas akan terjerumus ke dalam sikap dan perilaku yang repressif. 4. Saatnyalah umat Kristen di negeri ini mewujudkan novum itu sebagai sebuah tawaran untuk memecahkan persoalan moralitas bangsa yang sedang terpuruk. Alternatif yang hendak kita tawarkan manusia baru yang akal budinya telah mengalami pembaharuan transformasi dan karena itu selalu mempunyai kehendak hati yang kuat dan tak terbendung untuk mewujudkan ketaatan kepada ALLAH. Artinya pendekatan dari dalam atau penyadaran hati dan akal budi –mungkin dapat disebut pencerahan hati dan akal budi untuk mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian berdasarkan fakta bahwa seseorang itu sendiri sudah mengalami pendamaian dengan ALLAH. 5. Pasti ada tantangan yang akan dialami, bahkan kesulitan dan hambatan. Dan hal itu sudah banyak terbukti. Tetapi sama seperti kuasa maut tidak dapat menahan Yesus di dalam kubur, demikianlah kekuatan apapun tidak akan dapat menghalangi kebenaran ALLAH itu dinampakkan. Dpl. jika gereja selalu berpegang teguh pada iman tentang kematian dan kebangkitan yesus Kristus itu, maka tidak akan kuasa atau kekuatan apapun yang akan dapat menghalangi berita Injil tentang kematian dan kebangkitan Yesus kristus itu diberlakukan. Asalkan orang-orang Kristen sendiri memberlakukan hal itu di dalam kehidupannya sehari-hari. Bagaimana dengan saudara?. Kalau orang dalam beberapa hari berubah sikap dari takut menjadi berani, tentu ada penyebabnya yg luar biasa. Peruibahan besar terjadi pada suikap para murid dikota Yerusalem sejak peristiwa kebangkitan yesus. Beberapa hari sebelumnya, para murid yesus berada dalam keadaan muram, yesus yg semula mereka harapkan menjadi mesias, tyernyata dijatuhi hukuman mati. Mereka takut kalau-kalau mereka sebagai pengikutnya juga akan ditangkap dan menjalani nasib yg serupa. Menurut kitab Yohanes, murid-murid berkumpul “ di suatu tempat dengan pintu-pintu yg terkunci karena mereka takut kepada orang-orang yahudi. Beberapa hari kemudian mereka mulai berada di jalan-jalan raya kota dan berkata dengan lantang “ hai kamu orang yahudi dan kamu dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, yesus yg telah kamu salibkan dan kamu bunuh, tetapi Allah membangkitkan Dia. Tentang semua itu kami adalah saksinya. Kis 2 14-40 . Dapatkah saudara bayangkan, sikap para murid berubah 180 derajat. Mereka yg semula bersembunyi kini mengecam dan menasihati”. Kalau kita jadi penduduk kota Yerusalem, mungkin kita sulit mengenali kembali para murid. Mereka sangat berubah. Kalau dulu mereka begitu takut, sekarang begitu berani. Kalau mereka memberi kesaksioan itu di kota-kota kecil di luar yerusalem, itu tak mengherankan. Tetapi meraka melakukan itu di dalam kota Yerusalem, yang adalah tempat orang-orang yang memusuhi Yesus. Yerusalem adalah tempat tinggal para Imam besar, imam-imamkepala, orang-orang farisi, ahli-ahli taurta, orang saduki, dan massa orang Yahudi yg memusuhi Yesus. Jelas sekali bahwa para murid itu berubah menjadi sangat berani. Dihadapan orang-orang yang merasa berhasil menamatkan riwayat yesus, mereka meneriakkan yg sebaliknya Yesus sudah bangkit. Ia adalah Tuhan yg hidup!. Itulah perubahan besar yg terjadi pada murid-murid Yesus. Dari rasa kurang pasti menjadi yakin seyakin-yakinnya. Dari diam karena rasa kalah, menjadi bersorak karena rasa senang. Dari patah hati menjadi bulat hati. Apa yang menyebabkan perubahan sebesar itu? Apa lagi kalau bukan kenyataan bahwa yesus memang benar-benar sudah bangkit!. Amin Nas Roma 12:1-2 Pengkhotbah: sdri. Ludia Renungan: c. Ayat 14-17, Memiliki Etika yang baik. 15. Kelurga yang sehat Nas: Kejadian 6:9-22 dan kumpulan judul ini adalah hasil dari sebagian catatan pribadi setiap kali mendengarkan khotbah di berbagai ibadah yang di ikuti. Setelah menjelaskan bahwa anak Tuhan tidak boleh menjadi batu sandungan bagi sesamanya di ayat 13 s/d 18, maka apa yang harus kita lakukan kemudian? Pada 5 ayat terakhir yaitu di ayat 19 s/d 23, Paulus menjelaskan bagaimana anak Tuhan hidup menjadi berkat bagi sesama dengan mengejar sesuatu yang mendatangkan damai dan saling membangun tanpa meributkan hal-hal sekunder, misalnya tentang ayat pembahasan mengenai hidup dalam damai sejahtera itu dimulai di ayat 19, di mana ia menyimpulkan ayat sebelumnya dan memulai pengajaran baru yang menjadi dasar penjelasannya di ayat berikutnya, “Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.” “Sebab itu” menunjukkan lanjutan dari ayat 18 dan suatu kesimpulan dari ayat sebelumnya. Jika di ayat 18, kita belajar bahwa dengan kita tidak menjerumuskan orang lain ke dalam dosa, kita berkenan kepada Allah dan dihormati manusia, maka di ayat 19, Paulus mengingatkan jemaat Roma kembali mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera bdk. Rm. 1218. Kata kerja “mengejar” dalam struktur bahasa Yunani menggunakan bentuk aktif dan present. Berarti, sebagai umat Tuhan, kita dituntut untuk secara aktif terus-menerus mengejar sesuatu yang mendatangkan damai sejahtera. Penulis Surat Ibrani mengajarkan hal yang sama, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Ibr. 1214 Dengan demikian, setiap anak Tuhan dituntut untuk mengejar hidup damai dengan semua orang. Damai sejahtera seperti apa? Kembali, Paulus telah menguraikannya di ayat sebelumnya, yaitu ayat 17 yaitu damai sejahtera yang didahului oleh kebenaran keadilan dan disertai dengan sukacita yang kesemuanya dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam Kerajaan Allah. Berarti, ada pembatasan arti damai sejahtera yang Paulus ingin ajarkan, yaitu berkaitan dengan kebenaran keadilan, sukacita, Roh Kudus, dan berakhir dengan Kerajaan Allah. Memisahkan dan meredefinisi damai sejahtera di luar hal-hal tersebut bukanlah damai sejahtera yang diajarkan Alkitab! Dalam mengejar damai sejahtera itu, kita tetap harus mempertimbangkan aspek kebenaran keadilan, sukacita, Roh Kudus, dan Kerajaan Allah, sehingga di dalam proses mengejar itu, kita tidak berkompromi terhadap dosa. Di dunia postmodern, damai sejahtera sudah menjadi bahan obralan yang dijual murahan. Damai sejahtera TIDAK lagi dimengerti berkaitan dengan kebenaran keadilan apalagi Kerajaan Allah. Para pemimpin gereja arus utama mempromosikan damai sejahtera berbeda dari apa yang diajarkan Alkitab. Ide utama mereka adalah ide humanis atheis yang antroposentris, ujung-ujungnya kompromi iman, lalu mengajarkan secara eksplisit maupun implisit bahwa semua agama itu sama saja. Ketika dunia menawarkan konsep damai sejahtera palsu, Alkitab mengajarkan damai sejahtera yang berkaitan dengan Kerajaan Allah yang tentu TIDAK mengenal kompromi. Damai sejahtera sejati TIDAK berkompromi dengan dosa sedikitpun bdk. Ibr. 1214 di atas. Itulah yang harus kita kejar terus-menerus di dalam hidup kita. Bagaimana menjadi alat perdamaian bagi sesama kita TANPA mengompromikan dosa mereka?! Ketika kita menegur dosa mereka, itu TIDAK berarti kita menjadi damai sejahtera bagi mereka. Justru, ketika kita menegur dosa mereka dengan kasih disertai kebenaran Allah, kita sebenarnya mendatangkan damai sejahtera bagi mereka, sehingga mereka merasakan damai sejahtera Kristus yang mengoreksi dan mengakibatkan mereka bertobat oleh karya aktif Roh Kudus. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjadi alat perdamaian bagi sesama kita TANPA mengkompromikan dosa dan iman kita?!Kita bukan hanya menjadi alat perdamaian, tetapi Paulus juga mengajar kita untuk saling membangun. King James Version KJV menerjemahkan, “one may edify another” =seorang dapat mengajar orang lain. New International Version NIV menerjemahkan, “and to mutual edification” =dan kepada pengajaran satu sama lain. Terjemahan dari bahasa Yunaninya adalah, “pembinaan.” Hasan Sutanto, 2003, Perjanjian Baru Interlinear, hlm. 871 Dari struktur bahasa Yunani, kata ini sebenarnya bukan kata kerja, tetapi kata benda. Kata benda ini disejajarkan dengan kata sebelumnya yaitu “damai sejahtera” yang juga merupakan kata benda paralelisme. Dengan kata lain, ayat 19 ini dapat diterjemahkan, “Karena itu, marilah kita mengejar hal-hal dari damai sejahtera dan hal-hal pembinaan satu sama lain.” Dari sini, kita belajar bahwa kita bukan hanya menjadi alat perdamaian saja, tetapi kita dituntut untuk saling memberi pengajaran. Perdamaian harus disertai dengan pengajaran satu sama lain. Di sini, kembali, Paulus TIDAK memisahkan perdamaian dari pengajaran. Kalau orang Kristen abad postmodern dan tidak sedikit pemimpin gereja hari-hari ini memisahkannya, lalu mengajar bahwa doktrin itu tidak penting, yang penting bersatu dan berdamai saja, “dalam Yesus kita bersaudara,” itu jelas tidak bertanggungjawab. Mengapa? Karena Paulus sendiri mengajar bahwa kita tetap perlu mengejar hal-hal damai sejahtera dan juga pengajaran satu sama lain. Mengapa Paulus mengaitkan dua hal ini? Karena damai sejahtera tanpa disertai pengajaran satu sama lain bisa berakibat fatal. Artinya, damai sejahtera tanpa pengajaran akan menjadi suatu perasaan damai sejahtera yang tidak ada dasarnya dan bahkan bisa menipu dan menyesatkan, yang tidak ada bedanya seperti konsep “damai sejahtera” ala postmodern. Lalu, pengajaran itu bukan satu arah sifatnya, tetapi dua arah perhatikan kata “saling” atau mutual. Artinya, kita sama-sama belajar dan mengajar sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, sehingga tidak ada waktu bagi kita untuk meributkan hal-hal yang tidak penting. Ketika gereja-gereja Tuhan bersama-sama dengan rendah hati mau belajar bersama-sama akan kebenaran firman Tuhan, maka kita dapat bersatu memperluas Kerajaan Allah dengan kebenaran firman-Nya Sola Scriptura. Tetapi sayangnya, banyak gereja sudah stagnan dan tidak mau lagi terbuka untuk bersama-sama belajar firman Tuhan dengan segudang argumentasi, misalnya, “doktrin tidak penting”, “Alkitab belum tentu satu-satu kebenaran, di dalam agama lain juga ada kebenaran”, “jangan menghakimi”, “jangan fanatik”, dan argumentasi “theologis” dan “logis” lainnya yang tidak bertanggungjawab. Mereka lebih memperhatikan hal-hal eksternal ketimbang internal. Mereka lebih memperhatikan megahnya gedung gereja, tuanya sejarah gereja mereka, dan bahkan tua dan kunonya kursi-kursi dan pendeta gereja mereka. Gereja seperti ini sudah mau mati, tetapi tidak pernah sadar. Yang mereka perhatikan adalah hal-hal sekunder dan fana, akibatnya tidak usah heran, di negara-negara Barat, banyak gereja-gereja Protestan arus utama yang dipengaruhi oleh “theologi” liberal baik eksplisit maupun implisit sudah menjadi monumen, yang hanya dikunjungi oleh banyak orang-orang tua, sedangkan banyak orang-orang muda yang melarikan diri ke diskotek, pub, bar, dll. Sudah saatnya, gereja Tuhan BANGKIT. BANGKIT seperti apa? BANGKIT kembali kepada Alkitab, perjuangkan kebenaran firman-Nya, beritakan Injil-Nya, dan bersaksilah bagi kita diingatkan Paulus untuk mengejar damai sejahtera dan pembinaan satu sama lain, maka di ayat 20, ia mengingatkan kembali, “Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung!” Ketika kita sudah mengetahui bagaimana mengejar damai sejahtera dan pembinaan satu sama lain, maka otomatis kita tidak lagi merusakkan pekerjaan Allah hanya karena meributkan hal-hal sepele/sekunder, misalnya makanan. Di sini, Paulus mengaitkan bahwa barangsiapa yang menjerumuskan orang lain ke dalam dosa adalah orang yang merusakkan pekerjaan Allah. Di dalam Kekristenan dewasa ini, hal ini juga tetap berlaku. Jangan hanya karena perbedaan pendapat dalam hal-hal sekunder saja, kita sudah seperti kebakaran jenggot, menantang orang yang berbeda pendapat itu di dalam perdebatan-perdebatan yang sebenarnya membuang waktu. Ketika kita mencoba beradu mulut dan logika dengan mereka yang berbeda pendapat/doktrin di dalam hal-hal sekunder, kita sebenarnya sedang merusakkan pekerjaan Allah, karena kita lebih memperhatikan hal-hal sekunder ketimbang hal-hal primer. Hal ini tidak berarti kita kompromi! Seperti yang sudah saya jelaskan di bagian-bagian eksposisi Roma di pasal sebelumnya, untuk hal-hal sekunder, biarlah kita tetap menghargai, tetapi tidak berarti kompromi, sedangkan untuk hal-hal primer, marilah kita sengit memperjuangkannya dan berani menghadapi para bidat yang memang benar-benar melawan doktrin-doktrin utama iman Kristen. Bagaimana dengan kita? Biarlah kritikan Paulus yang tajam ini juga menjadi refleksi bagi kita yang gemar berdebat tanpa mengerti motivasi, cara, sasaran, dan tujuan debat yang Paulus menjelaskan bahwa segala sesuatu itu suci, tetapi ketika kita membuat orang lain tersandung karena makanan yang kita makannya, maka kita itu celaka/jahat. International Standard Version ISV menerjemahkannya, “Everything is clean, but it is wrong to make another person fall because of what you eat.” =Segala sesuatu itu bersih, tetapi adalah salah untuk membuat orang lain berdosa/jatuh karena apa yang kita makan. KJV menerjemahkan kata “celakalah” sebagai tindakan yang jahat evil. Terjemahan dari bahasa Yunani menggunakan terjemahan yang sama dengan ISV yaitu “salah.” Dengan kata lain, selain merusakkan pekerjaan Allah, orang Kristen yang menjerumuskan orang lain/sesamanya dapat dikategorikan sebagai tindakan yang salah. Mengapa? Karena dia sebenarnya membuat sesamanya tersinggung di dalam hal-hal sekunder, misalnya makanan. Jika diaplikasikan di dalam konteks sekarang, barangsiapa atau “hamba Tuhan” siapa yang berani menjerumuskan jemaat atau orang Kristen dari gereja lain yang berbeda doktrin dengannya ke dalam perasaan bersalah karena tidak mematuhi apa yang dikatakan “hamba Tuhan” ini misalnya, jika tidak dibaptis selam tidak “alkitabiah”, jika tidak bisa berbahasa lidah maka tidak ada “roh kudus”, dll, “hamba Tuhan” ini sebenarnya sedang merusak pekerjaan Allah karena terlalu meributkan hal-hal sekunder ditambah tindakannya ini dapat dikategorikan sebagai tindakan yang salah/jahat/tidak berguna. Bertobatlah jika kita sebagai pelayan Tuhan atau jemaat Kristen suka mengintimidasi orang Kristen lain untuk hal-hal sekunder!Lalu, apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa hidup dalam damai sejahtera dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain? Paulus memaparkan tiga sikap di dalam ayat 21 s/d 23, yaituPertama, di ayat 21, ia mengajarkan, “Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.” Dengan kata lain, supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi sesama kita, kita harus rela tidak makan daging atau minum anggur. Kata kerja “makan” dan “minum” ini di dalam struktur bahasa Yunani menggunakan bentuk aktif. Makan daging dan minum anggur di dalam konteks ayat ini jelas menunjuk kepada sesuatu yang haram yang tidak dimakan oleh orang-orang Yahudi di dalam tradisi mereka. Sedangkan orang-orang non-Yahudi bebas makan dan minum segalanya. Dari sini, Paulus mengajar bahwa sebagai orang-orang Kristen non-Yahudi maupun orang Kristen Yahudi yang sudah mengerti dan tidak mengkategorikan sesuatu sebagai haram dan halal, maka mereka harus rela tidak menyinggung orang Kristen Yahudi yang masih memegang adat istiadat Yahudi tersebut. Di sini, berarti kita harus AKTIF menyangkal diri untuk tidak menuruti apa yang kita mau agar orang lain tidak tersinggung. Ingatlah, semua ini berlaku HANYA bagi orang Kristen saja, tidak bagi orang non-Kristen! Sehingga, jangan sekali-kali memakai ayat ini untuk mendukung orang Kristen dalam menghormati orang non-Kristen yang sedang berpuasa! Itu TIDAK sesuai dengan konteks dan sama sekali TIDAK bertanggungjawab! Di dalam konteks zaman kita, hal ini pun bisa kita aplikasikan. Ketika kita berselisih paham/doktrin dengan orang Kristen lain di dalam hal-hal sekunder misalnya tentang baptisan anak, dll, marilah kita tidak usah terlalu banyak menyinggungnya. Kita boleh menyinggungnya sedikit sambil berdiskusi dengan menggali Alkitab, tetapi jika orang yang kita ajak diskusi tetap bersikukuh menolak baptisan anak, kita tidak perlu memperpanjang dan meributkan masalah tersebut, toh, orang yang menerima atau menolak baptisan anak TIDAK mempengaruhi keselamatan! Mari kita belajar untuk menyangkal diri untuk tidak melampiaskan pengetahuan kita untuk dipaksakan ke orang lain. Belajarlah menahan diri dan berdoalah agar kiranya Roh Kudus mengubah pemikiran doktrinal orang yang kita ajak diskusi di ayat 22, Paulus mengemukakan, “Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Berbahagialah dia, yang tidak menghukum dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.” Analytical-Literal Translation ALT menerjemahkannya, “_You_ have faith? Be having [it] to yourself before God. Happy is the one not judging himself in what he approves [of].” =Kamu memiliki iman? Milikilah itu bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Berbahagialah orang yang tidak menghakimi dirinya sendiri akan apa yang disetujuinya. Dengan kata lain, Paulus mengajarkan bahwa kita pribadi sebagai anak-anak Tuhan disuruh berpegang pada iman kita masing-masing di hadapan Allah dan berbahagialah kita ketika kita tidak menyalahkan diri sendiri atas apa yang kita percayai/setujui itu. Di sini, Paulus tidak kompromi! Ingatlah kembali, seluruh pasal 14 berbicara mengenai hal-hal sekunder, sehingga ketika Paulus mengatakan bahwa biarlah kita pribadi berpegang pada iman masing-masing di hadapan Allah, itu tentu TIDAK menyangkut hal-hal primer, apakah percaya Yesus satu-satunya Tuhan dan Juruselamat atau Yesus itu salah satu Juruselamat saja, tetapi menyangkut hal-hal sekunder konteksnya adalah tentang makanan. Ketika Paulus menguraikan masalah makanan sebagai hal sekunder, di zaman ini, kita juga menghadapi hal serupa. Teguran Paulus mengingatkan kita bahwa kepercayaan/theologi kita apa pun dalam hal sekunder hendaklah kita pegang secara pribadi di hadapan Allah dan janganlah pernah menyalahkan diri karena apa yang telah kita putuskan/imani itu. Hal-hal sekunder tersebut TIDAK menyelamatkan kita, sehingga jangan pernah memaksakan doktrin-doktrin sekunder tersebut kepada orang Kristen lain! Yang perlu kita lakukan adalah berpegang dan mempertanggungjawabkan atas segala sesuatu yang kita di ayat terakhir, 23, ia mengajar, “Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” Poin terakhir agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain yaitu kita melakukan segala sesuatu berdasarkan iman, bukan berdasarkan keputusan orang lain yang mengakibatkan kita bimbang. Kita diperintahkan Paulus untuk TIDAK bimbang dan konsisten. Ketika kita percaya akan doktrin sekunder tertentu, percayalah dan peganglah, serta lakukan. Di dalam konteksnya, ketika ada jemaat Roma yang masih memegang adat istiadat Yahudi yaitu tidak makan makanan yang haram, biarlah mereka melakukannya berdasarkan apa yang dia imani bukan berdasarkan apa yang mereka dengar dari orang lain yang mengakibatkan mereka bimbang. Kebimbangan atau keraguan tersebut justru adalah dosa, karena tidak dilakukan dengan keteguhan hati dan kekonsistenan. Di dalam konteks zaman kita sekarang, ketika ada orang Kristen yang mempercayai baptisan anak, biarkanlah orang itu mempercayainya dan melakukannya berdasarkan imannya. Begitu juga dengan mereka yang menolak baptisan anak, mereka tetap harus mempercayainya dengan bertanggungjawab, lalu melakukannya dengan iman. Biarlah kesemuanya itu dilakukan dengan dasar iman dan pengertian yang bertanggungjawab di hadapan kita merenungkan kelima ayat di atas, sudahkah kita memiliki keterbukaan hati untuk mengejar damai sejahtera dan pembinaan bagi saudara seiman kita yang lain dengan tidak menjerumuskan mereka ke dalam dosa? Allah yang telah membeli anak-anak-Nya melalui darah penebusan Kristus, masa kita merusakkan karya-Nya dengan meributkan hal-hal sepele? Berusalah hidup dalam damai sejahtera dan pengajaran satu sama lain yang TIDAK mengompromikan dosa dan iman. Amin. Soli Deo Gloria.
Perhatikanhal-hal yang harus dikejar oleh orang-orang Kristen. 1. keramah-tamahan, Rom 12:13. 2. apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun, Rom 14:19. 3. kasih, 1Kor 14:1. 4. keserupaan dengan Kristus, Fili 3:12,14. 5. apa yang baik bagi satu sama lain dan semua orang, 1Tes 5:15.
Renungan Harian Roma 1 16-17 Renungan Harian Roma 1 16-17. Setelah menyelesaikan khotbah di bukit, Yesus masuk ke Kapernaum, dimana ada seorang perwira Romawi meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sedang sakit lumpuh dan sangat menderita. Biasanya, orang Romawi tidak mau meminta pertolongan dari orang Yahudi yang sedang mereka jajah. Begitu pula orang Yahudi kepada orang Romawi. Tetapi berbeda dengan perwira ini, Ia memercayai Allah yang benar dalam Alkitab dan menghormati kepercayaan orang Yahudi. Yesuspun akhirnya hendak pergi ke rumah perwira itu. Tetapi perwira itu mengatakan bahwa ia tidak layak menerima Yesus di dalam rumahnya dan ia percaya bahwa ketika Yesus hanya mengatakan sepatah kata saja, maka hambanya itu akan sembuh. Perwira Romawi ini mengerti mengenai otoritas. Sama seperti prajurit bawahan yang akan dengan taat mengikuti atasannya, begitupula otoritas Yesus yang lebih besar dari segalanya. Jadi ia hanya meminta Yesus memerintahkan dari kejauhan, maka hambanya akan menjadi sembuh. Bacalah keseluruhan kisah ini dalam Matius 8. APAKAH ARTINYA? Iman perwira Romawi ini merupakan contoh yang baik. Mengenai iman, Alkitab berbicara jelas mengenai dua hal, yaitu Iman sangat dibutuhkan untuk menjadi anak Allah Ibr. 116 dan Yesus menyukai orang yang beriman kepada-Nya. Iman, secara sederhana diartikan, sebagai percaya tanpa melihat Ibr. 111. Injil dipenuhi dengan kisah Yesus menyembuhkan orang-orang yang beriman kepada-Nya. Tetapi juga ada kalanya dimana Yesus menyembuhkan dan melakukan mujizat ketika orangorang tidak mempercayainya. Beriman bukanlah suatu yang mudah untuk dilakukan. Sebagai manusia berdosa yang begitu lemah, kita seringkali sulit untuk mempercayai sesuatu yang tidak kita lihat dengan mata kita sendiri. Tetapi Yesus memanggil kita untuk percaya kepada-Nya dalam segala keadaan, tanpa alasan. Iman dibutuhkan untuk kita diselamatkan dan juga kita terus membutuhkannya untuk menjalani kehidupan yang diberkati. Teruslah bertumbuh dalam iman. LALU APA YANG HARUS DILAKUKAN? Kita membutuhkan pertolongan Tuhan untuk dapat memiliki iman yang besar, mintalah agar Tuhan memberikan kepada kita iman yang lebih besar lagi! Dan kalau anda sedang memiliki pergumulan dalam hidup anda, ini waktunya untuk kita mengaktifkan iman kita bahwa kita memiliki Allah yang maha besar. TAHUKAH ANDA? elain dalam Matius 8, Yoh. 446-54 juga merupakan kisah yang sama dimana Yesus melakukan mujizat dari kejauhan. Baca juga Renungan Harian Roma 39-10 Jangan Memandang Muka Karena Suku Bangsa
Ε ፗврխռቲΞеλоχոጼοሊ εσиУсрупеψትχ иβዬ гዙвጺኢ
Ոщևгեዤу иդиչՀሰктеξርսоզ т ቺуреፎωχуΒо ιኝጎሤኁտ оሽубрէጳոг
Սу ፊշыγукГ ичощաрօхрՈнаզ еዖա
Гιχуዷа гዲτиኮепի րубጭφιւяቧврո звеγуሔэбюπየбωп еጅኅ рα
ሪ ኧчենխηխֆሏ осеΖу аጇኺհаφафун оኯΖሸ ቄктιմися поծе
Roma14:17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. TB: Alkitab Terjemahan Baru

LENGKONG, - Khotbah Katolik misa Minggu 14 Agustus 2022 belajar ketaatan dan kerendahan hati dari Bunda Maria. Khotbah Minggu 14 Agustus 2022 diangkat dari kisah Injil Lukas 139-56 tentang Maria mengunjungi Elisabet. Semoga bacaan dan Khotbah Katolik misa Minggu 14 Agustus 2022 dalam Perayaan Maria diangkat ke Surga mengajarkan kepada kita tentang ketaatan dan kerendahan hati Maria. Baca Juga Cara Memasang Set Top Box STB ke TV tabung, LCD hingga LED agar Dapat Siaran TV Digital Maria adalah sosok wanita yang sederhana dan taat selalu hidup dalam takut akan Tuhan. Oleh karena dirinya benar di hadapan Tuhan, dia dipakai Allah untuk menjadi partner karya Keselamatan Allah untuk manusia. Maria menerima kabar dari Allah melalui Malaikat Tuhan, yaitu Gabriel perihal akan mengandung seorang Juru Selamat manusia, yang kemudian dikenal Yesus Kristus. Hari ini gereja merayakan Pesta Maria diangkat ke Surga. Baca Juga Pernikahan Anak Pertama Dengan Kedua Bakal Kaya Raya, Simak Karakter Keduanya Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya. Karena berpegang bahwa doa orang benar besar kuasanya Yak 516, maka betapa besarlah kuasa doa Bunda Maria yang telah dibenarkan oleh Allah, dengan diangkatnya ke surga. Apa saja teladan Bunda Maria yang perlu kita ikuti? Sikap Bunda Maria yang diajarkan kepada kita, yaitu iman dan ketaatan, selalu bersyukur, rendah hati, kesetiaan, kepedulian, ketabahan, kekudusan. Baca Juga Khotbah Kristen Minggu 14 Agustus 2022 dari Bacaan Amsal 1017-32

SABDAwebRm 14:17. karena kerajaan Allah itu bukannya hal makan minum, melainkan kebenaran dan sejahtera dan kesukaan di dalam Rohulkudus. BIS (1985) ©. SABDAweb Rm 14:17. Sebab kalau Allah memerintah hidup seseorang, apa yang ia boleh makan atau minum, tidak lagi penting. Yang penting ialah bahwa orang itu menuruti kemauan Allah, mengalami
Renungan Harian Roma 141-16 Jangan Menghakimi Saudaramu Renungan Harian Roma 141-16. Apa perintah Tuhan bagi kita dalam hal-hal yang meragukan? Hal-hal praktis apakah yang kita perlu lakukan dalam hidup setiap hari? Ayat. 1-6 Perintah Tuhan adalah terimalah orang yang lemah imannya tanpa mencakapkan pendapatnya, siapa yang makan jangan menghina orang yang tidak makan demikian sebaliknya sebab Allah telah menerima orang itu. Baiklah setiap orang memiliki keyakinan yang teguh dalam hatinya, lakukanlah segala sesuatu seperti untuk Tuhan, dengan ucapan syukur Mengapa kita harus memiliki kesadaran sendiri untuk mempraktikkan kebenaran ini? Mengapa kita bisa rela untuk melakukan Firman Tuhan? Ayat. 7-9 Sebab tidak ada seorang pun diantara kita, yang hidup untuk dirinya sendiri dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Kita hidup dan mati untuk Tuhan, jadi baik hidup atau mati adalah MILIK TUHAN. Maka dari itu, Kristus Yesus telah mati dan hidup kembali, supaya IA menjadi Tuhan baik atas orang mati maupun hidup Apa perintah rasuli bagi kita untuk menghidupi kebenaran itu? Ayat. 10-16 Perintah Rasuli adalah tidak membicarakan kelemahan saudara seiman kita, tetapi kita hidup saling menopang. Karena setiap orang akan memberikan pertanggung jawabannya sendiri kepada Allah. Jangan Menghakimi, jangan jadi sandungan, jangan menyakiti saudaramu. Pengajaran Umat Tuhan sering menggembar-gemborkan gosip tentang kelemahan iman saudara-saudari seiman di dalam Yesus. Itulah sebabnya, perintah rasuli adalah agar kita menerima orang-orang yang demikian tanpa mempercakapkan kelemahan iman mereka. Mereka yang kuat imannya justru perlu menopang orang lain yang masih lemah. [CKN – Renungan Kristen]
. 487 319 64 330 22 143 55 327

khotbah singkat dari roma 14 17