Secarakeseluruhan, al-Ghazali menghabiskan sebagian besar dekade pengembaraan dengan keraguan tentang kehidupan dan ragam pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di kepalanya. Selanjutnya dia kembali ke Nishapur, dia tinggal di sana hanya beberapa kilometer dari kampung halamannya. Baca juga: Nasehat Imam Al-Ghazali dalam Mengendalikan Amarah
IMAM al Ghazali adalah salah satu ulama salaf dulu yang berjasa bagi perkembangan umat silam, salah satunya dalam bidang pendidikan. Namun, tak hanya pendidikan dan fiqih, al Ghazali juga dinilai sebagai ulama bijak yang senantiasa memberikan nasehat dan pesan-pesan yang menggugah hidup manusia. Inilah enam Pesan Imam al-Ghazali kepada manusia yang beliau rangkum dalam enam pertanyaan dan enam jawaban 1. Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia?Jawab “Mati”2. Apa yang paling jauh dari kita di dunia?Jawab “Masa lalu”3. Apa yang paling besar di dunia?Jawab “Nafsu”4. Apa yang paling berat di dunia?Jawab “Amanah”5. Apa yang paling ringan di dunia?Jawab “Meninggalkan sholat”6. Apa yang paling tajam di dunia?Jawab “Lidah” Semoga enam pesan Imam al Ghazali di atas bisa memberikan hikmah bagi kita semua. []
Pelajarandari Syech abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali atau lebih dikenal dengan sebutan Iman Al-Ghozali seorang tokoh besar dalam sejarah Islam, Beliau adalah pengarang kitab Ihya'Ulumudin. Suatu hari Beliau mengajukan Enam pertanyaan pada saat berkumpul dengan murid-muridnya. Pertanyaan Pertama :
Menjelaskan tentang argumentasi Imam al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dan premis-premisnya Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Imam Al-Ghazali dan Argumentasi Kosmologi tentang Tuhan Jumal Ahmad1 1. Mahasiswa Pemikiran Al-Ghazali dan Syed Al-Attas, At-Taqwa College, Depok E-mail ahmadbinhanbal Sejarah pemikiran merupakan hikmah. Layak diketengahkan kepada generasi masa kini agar bisa memahami peristiwa besar dalam dunia pemikiran dan perubahannya sepanjang zaman. Secara garis besar, wacana filsafat menelaah tentang hakikat Tuhan yang dibuktikan melalui argumentasi, salah satu argumentasi tersebut adalah argumentasi kosmologi. Kosmologi adalah teori tentang asal usul alam semesta. Dalam Islam, teori ini merupakan salah satu pembahasan penting yang memiliki konsekuensi teologis dan berimplikasi tauhid. Argumen kosmologis adalah sebuah tipe argumen formal untuk menyimpulkan atau membuktikaan keberadaan Tuhan berdasarkan fakta-fakta atau klaim-klaim yang dianggap benar mengenai alam semesta. Situasi masa Imam Al-Ghazali barangkali ada kesamaan dengan situasi masa modern Barat saat ini. Sifat materialistik dan ateis adalah ciri khusus masa modern. Lebih percaya pada atom daripada ayat-ayat Injil. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz min Al-Dhalal membagi kaum filosof ke dalam tiga golongan Pertama adalah Al-Dahriyyun kaum ateis yang mempunyai asumsi bahwa alam semesta ada dengan sendirinya tanpa pencipta. Landasan pandangan mereka dari dulu sampai sekarang berasumsi bahwa hewan berasal dari sperma. Golongan ini termasuk orang-orang zindiq. Kedua adalah Al-Thabiyyun yaitu mereka yang memperbanyak observasi mengenai alam semesta, dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setelah mereka menemukan keteraturan dan keajaiban dalam tubuh hewan, mereka malah ingkar adanya hari kebangkitan, padang mahsyar, surga dan neraka. Golongan ini menurut Al-Ghazali juga termasuk orang-orang zindiq. Ketga adalah Ilahiyyun golongan pada filosof Yunani seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, menurut Al-Ghazali mereka wajib dikafirkan, termasuk para filosof muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi. Imam Al-Ghazali bukan tidak setuju dengan sains, melainkan tidak setuju dengan sikap para filosof yang ateis dan materialis, berusaha membunag jauh Allah SWT dalam pembahasan ilmiah. Di bukunya, Tahafut Falasifah’, Al-Ghazali menyebut tiga poin doktrin filusuf dalam bukunya yang berimplikasi kufur. a Pengingkaran terhadap kebangkitan jasad pada hari kiamat. b Tuhan tidak mengetahui perkara-perkara detil. c Keyakinan mereka bahwa alam ini kekal, tanpa awal atau akhir. Al-Ghazali mematahkan pendapat ahli filsafat yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki masa lalu yang tak terbatas yang tak bermula. Al-Ghazali tak sependapat dengan argumen itu dan menawarkan alasan logis untuk menjungkirbalikkan argumen infinite past. Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki awal. Argumen Al-Ghazali tentang Adanya Tuhan Sebagian orang ketika ditanya apa bukti adanya Tuhan, akan menjawab adanya kita dan adanya alam semesta menunjukkan adanya Tuhan. Bagaimana membuktikan adanya Tuhan secara rasional? Apa bukti Tuhan itu ada? Al-Ghazali menjawab pertanyaan keesan Tuhan dalam kitabnya Al-Iqtishad fil I'tiqad’ Imam Al-Ghazali berusaha menjelaskan secara logis sebagai berikut. Keesaan dan kesucian Allah SWT Pemuktiannya Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya, alam semesta ada awalnya, maka semesta ada penyebabnya. Yang kami maksud dengan 'Alam' adalah setiap wujud selain Tuhan yang paling tinggi. Dan 'setiap wujud selain Tuhan yang maha tinggi', yang kami maksud adalah semua benda dan sifat-sifatnya. Penjelasan rincinya sebagai berikut Sesuatu itu ada tidak mungkin diragukan. Setiap wujud bisa menempati ruang atau tidak menempati ruang. Sesuatu yang menempati ruang tetapi tidak memiliki kombinasi kita sebut zat tunggal atom, jika memiliki kombinasi kita sebut jism Sesuatu yang tidak menempati ruang, dan membutuhkan tempat kita sebut accident; dan sesuatu yang ada tapi tidak bertempat, itulah Tuhan Keterangan di atas menegaskan pendapat Al-Ghazali bahwa Tuhan adalah penyebab penciptaan dari yang tiada menjadi ada. Al-Ghazali berargumen bahwa semua yang ada selain Tuhan membutuhkan tubuh dan accident. Hal ini dijelaskan lebih jauh menggunakan klasifikasi eksistensi dalam empat kategori. Sesuatu yang ada pasti menempati ruang mutahayyiz atau tidak menempati ruang ghairu mutahayyiz. Sesuatu yang menempati ruang mutahayyiz bisa dibagi mutahayyiz wa i'tilaf atau tidak bisa dibagi mutahayyiz wa ghairu i'tilaf. Sesuatu yang tidak menempati ruang ghairu mutahayyiz bisa dengan tubuh ghairu mutahayyiz bil jism atau tanpa tubuh ghairu mutahayyiz bidunil jism. Dari kategorisasi di atas, Al-Ghazali dengan jelas memisahkan keberadaan Tuhan dari keberadaan yang lainnya. Tuhan bukan zat, substansi atau accident. Zat dan substansi menurut Al-Ghazali dapat dirasa dengan indera, ini tidak terjadi dengan keberadaan Tuhan, karena keberadaan Tuhan dapat dirasakan dengan bukti bukan persepsi. Adanya Tuhan hanya dapat diketahui melalui keberadaan alam semesta sebagai produk kekuasaan-Nya. Hal ini kemudian mengarah pada premis fundamental Al-Ghazali bahwa semua yang ada selain Tuhan adalam temporal, dan setiap makhluk temporal memiliki sebab. Al-Iqtishad fil I'tiqad halaman 24’ Argumen Al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dijelaskan dalam bentuk silogisme dengan tiga premis 1. Premis 1 Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya 2. Premis 2 Alam semesta ada awalnya 3. Kesimpulan Maka semesta ada penyebabnya. Argumen ini sangat sederhana, mudah dihafal dan sangat logis. Jika kedua premis itu benar, maka kesimpulannya harus benar. Premis 1 Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya Hukum sebab akibat bisa kita rasakan secara intuisu. Contoh, siaran Televisi yang sering kita lihat memili awal dari perusahaan Televisi. Kita juga tidak ada 100 tahun yang lalu, penyebab kita ada karena orang tua, jadi kita adalah akibat dari orangtua. Jadi, faka dalam hukum sebab akibat bahwa apapun yang memiliki awal adalah sesuatu yang secara konsisten terverivikasi dengan eksperimen tersebut dan tidak pernah salah. Premis 2 Alam semesta ada awalnya Kita tahu dari pembelajaran tentang awal permulaan struktur awal mula kemunculan alam semesta, bahwa alam semesta memiliki awal dengan model standar Big Bang. Menurut model Big Bang, waktu, ruang dan materi semuanya mulai ada sejak 13,7 Miliyar tahun yang lalu. Model ini banyak dipilih ahli fisika dan kosmologi secara aktual sebagai model permulaan alam semesta. Dari pernyataan P1 dan P2, menghasilkan kesimpulan K secara logis bahwa alam semesta ada penyebabnya. Menggunakan konsep analisis terhadap penyebabnya, kita akan menemukan sifat-sifat Tuhan dari konsep moteistik yaitu • Tunggal Esa. Alam semesta ini eksis, dan faktanya sangat eksis yang mana penyebab pertama adalah yang tak memiliki sebab uncaused yaitu Tuhan. • Timeless. Alasan kenapa timeless? karena waktu mulai ada pada masa saat momen 'Big Bang'. • Spaceless tak berjarak. Tak terikat ruang dan waktu, ruang juga mulai ada saat momen 'Big Bang'. • Dan Immaterial tak terikat materi. karena tanpa waktu dan ruang, kita tidak bisa memiliki benda. Dengan susunan silogisme seperti ini tidak bisa muncul pertanyaan siapa pencipta tuhan karena tuhan yang menyebabkan alam semesta ini tidak memiliki awal. Tuhan haruslah azali tidak berawal dan berakhir. Revitalisasi Argumen Kosmologis dari William Lane Craig Argumen Kosmologis Kalam dari Al-Ghazali direvitalisasi pada abad 21 ini oleh teolog Kristen bernama William Lane Craig, yang membuat Argumen kosmoligis kalam menjadi sounding lagi. Craig menyetujui bahwa alam semesta memiliki permulaan dengan mengutip bukti silogisme dari Imam Al-Ghazali, bahwa ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mustahil. Anda lihat, jika ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mungkin, dan jumlah hal-hal nyata yang tidak terbatas ada, maka orang dapat berargumen bahwa hal-hal itu memiliki sebab dan akibat yang tidak terbatas. Argumen Imam Al-Ghazali sebagai berikut 1. Apapun yang mulai ada memiliki penyebab. 2. Alam semesta mulai ada. 3. Oleh karena itu, alam semesta memiliki penyebab. Craig menambahkan kesimpulan lebih lanjut berdsarkan analisis tentang apa yang menyebabkan alam semesta, sebagai berikut 4. Alam semesta memiliki penyebab. 5. Jika alam semesta memiliki sebab, maka Pencipta alam semesta yang tidak memiliki sebab dan pribadi ada, yang tanpa alam semesta tidak berawal, tidak berubah, tidak bermateri, tanpa batas waktu, tanpa ruang dan sangat kuat. 6. Oleh karena itu, ada Pencipta pribadi yang tidak ada penyebabnya dari alam semesta, yang tanpa sebab alam semesta tidak berawal, tidak berubah, tidak berwujud, tanpa batas waktu, tidak memiliki ruang dan berkuasa tanpa batas. Kosmologi adalah Keindahan, Bukti Keberadaan Tuhan Logika, astronomi, dan fisika menegaskan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sebelum kejadian dentuman besar atau yang dikenal sebagai Big Bang, sama sekali tidak ada apa-apa. Tidak ada energi, waktu dan ruang. Lalu muncul alam ada materi yang bisa mewujudkannya karena materi belum ada. Hanya sesuatu yang non-materi dan tidak bergantung pada waktu, ruang, materi, sebab & akibat, yang membuat semua ini ada. Kekuatan eksternal yang membuatnya ada harus bersifat pribadi. Dengan kata lain, ia harus hidup, sadar diri, dan “memilih” untuk membuat alam semesta sebagaimana adanya, dengan hukum alam yang tepat. Sesuatu yang non-materi yang tidak pribadi itulah yang kita sebut sebagai ide abstrak. Ide-ide abstrak tidak memiliki kemauan atau kekuatan. Mereka bahkan tidak memiliki kehidupan, jadi mereka tidak dapat menciptakan kehidupan. Inilah yang kita sebut kosmologi, yaitu menarik kesimpulan logis tentang keberadaan kita berdasarkan pengamatan. Kosmologi mengajak kita untuk merenungkan keberadaan Pencipta dan atributnya pengetahuan, kekuatan dan keinginan. Kosmologi adalah keindahan dan bukti keberadaan Tuhan. Namun, manusia masih membutuhkan lebih banyak bukti. Ada pertanyaan spiritual dan etis yang tidak dapat disediakan oleh kosmologi saja. Ini sebabnya mengapa wahyu diperlukan. Mempercayai keberadaan yang ghaib al-ghaib dapat juga dilakukan dengan melihat alam sekitar kita, melihat bagaimana bunga kamboja membuka kelopaknya di pagi hari dan menutup lagi di malam hari. Bahkan, sebagai seorang anak yang dilahirkan, kita dapat menyimpulkan pasti ada mekanisme atau hokum yang tidak terlihat yang menyebabkan kita ada, meskipun kita bisa kita lihat. Bagi saya, adalah contoh sempurna dari tanda’ ayāt dan gagasan bahwa mereka mengilhami. Sebuah tanda’ desain cerdas, tentu saja, tetapi lebih halus sebuah tanda’ bahwa empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sifat hal-hal sebagaimana adanya. Al-Ghazali menjelaskan bahwa kita dapat melihat tanda-tanda kehadiran rahmat dan kasih sayang Allah SWT dari alam sekitar, salah satunya lewat lebah madu. bentuk segi enam atau hexagonal untuk sarang lebah madu merupakan buktu kehadiran rahmat Allah. Kehidupan lebah di dalam sarang serta pembuatan madu oleh mereka sangat menajubkan. Lebah melakukan banyak pekerjaan dengan baik melalui pengorganisasian yang luar biasa. Rancangan segi enam dari petak-petak sarang lebah memungkinkan penyimpanan madu dalam jumlah terbanyak dengan bahan baku pembuatan sarang yakni lilin. Walaupun populasi yang padat, lebar dapat melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi. Al-Ghazali menyebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 cetakan Darul Hadits pada bagian ’ ketakjubannya pada kemampuan lebah madu membuat rumah yang berbentuk segi enam. Lebah madu membangun sarangnya atas petunjuk Allah SWT, sebagaimana firman-Nya. Qs. An-Nahl 68-69. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu.” “Dari perut lebah itu ke luar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan” Inilah salah satu contoh bagaimana alam semesta dipelajari sebagai bukti adanya sang Pencipta. Al-Ghazali berangkat dari pengamatan empiris terhadap alam, namun fakta empiris yang didapatkan kemudian ditempatkan dalam kerangka cara pandang Islam. Mengaitkan fakta keistimewaan bentuk hexagonal sarang lebah madu dan penciptaan nyamuk dengan sifat Allah SWT sebagai zat yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Al-Ghazali menyebutkan di halaman lain dalam di kitab Ihya’. Orang yang memiliki bashirah akan meneliti setiap detail ciptaan Allah, sampai dia melihat seekor nyamuk sebagai contoh mempesona dari keajaiban ciptaan-Nya dan menakjubkan akal pikiran, selanjutnya meningkatkan keagungan dan kesempurnaan Tuhan pada dirinya dan menambah rasa cinta kepada-Nya. Maka setiap kali bertambah ketakjuban pada ciptaan Allah, bertambah pula rasa keagungan Allah dalam dirinya. Maka, kosmologi dan alam semesta sekitar adalah contoh sempurna dari tanda’ ayāt keberadaan Tuhan. Sebuah tanda’ desain cerdas, yang empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sebagaimana adanya. Rujukan Arif, Syamsuddin. 2014. Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10. 1. Kelas Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali, Ust. Syamsuddin Arif, At-Taqwa College William Lane Craig, Does God Exist? Al Ghazali's Argument, CBN, , diakses 15 Juli 2021 Doko, Enis. 2018. Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16. 1-13. Reichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of Philosophy Spring 2021 Edition, Edward N. Zalta ed., URL = . Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani Erasmus, Jacobus 2018. _The Kalām Cosmological Argument A Reassessment_. Cham Springer. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Islam antara Tradisi dan KontroversiSyamsuddin ArifArif, Syamsuddin. 2014. Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10. 1. Cosmological Argument and The Modern ScienceEnis DokoDoko, Enis. 2018. Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16. 1-13. Concepts of God in Islamic Kalam Theology by DrBruce ReichenbachReichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of Philosophy Spring 2021 Edition, Edward N. Zalta ed., URL = . Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani Kalām Cosmological Argument A ReassessmentJacobus ErasmusErasmus, Jacobus 2018. _The Kalām Cosmological Argument A Reassessment_. Cham Springer.
Sepertibiasa pada Jumat pertama setiap bulan SMPN 1 Wonosari menggelar kegiatan jumat taqwa. Jumat taqwa bulan September 2018 ini di adakan di Masjid As Salam dan pemateri kali ini adalah Bpk Budi Aditya Wardana, S.Ag. Pada kesempatan kali ini Bapak Budi menyampaikan materi tentang 6 pertanyaan imam Al Ghazali kepada murid-muridnya.
Posted by Derry Adrian Saleh on March 18, 2023 in Pendidikan ∞ oleh Alhafizh Kurniawan Imam Al-Ghazali mengilustrasikan pertanyaan yang diajukan oleh orang yang tidak tahu sebagai keterangan penyakit yang diajukan oleh pasien kepada dokter. Sedangkan jawabannya diumpamakan sebagai upaya dokter dalam menyembuhkan penyakit tersebut. Orang bodoh adalah pasien yang sakit. Sedangkan ulama adalah dokternya. Ulama yang kurang memenuhi syarat tidak layak menjadi dokter. Mereka yang layak mengobati penyakit kebodohan adalah ulama yang memenuhi syarat kesempurnaan al-alimul kamil karena ia dapat mengetahui hakikat penyakit. Ketika penyakit terlalu parah dan tidak mungkin dapat diobati, seorang dokter yang sangat ahli dan berpengalaman sekalipun kadang tidak berupaya mengobati penyakit pasien. Seorang ulama tidak selalu menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat karena kebodohan terbagi empat jenis kata Imam Al-Ghazali. واعلم أن مرض الجهل أربعة أقسام ثلاثة لاعلاج لها وواحد يمكن علاجه Artinya, “Ketahuilah, penyakit kebodohan ada empat jenis. Tiga di antaranya tidak dapat disembuhkan. Tetapi satu lainnya kemungkinan dapat disembuhkan,” Lihat Imam Al-Ghazali, Khulashatut Tashanif fit Tashawwuf pada Majmu’atu Rasa’ilil Imam Al-Ghazali, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah tanpa tahun] halaman 189. Pertama, pertanyaan atau keterangan pengantar yang bersumber dari hasad atau kedengkian. Hasad adalah penyakit yang hampir-hampir tidak dapat disembuhkan. Setiap kali pertanyaan ini dijawab dengan beragam penjelasan dan jawaban sebaik apapun, maka jawaban itu hanya menambah hasad orang yang bertanya. Hasad orang itu akan menambah kesombongan pasien. Al-Imam Al-Ghazali menyarankan kita untuk tidak menjawab pertanyaan jenis ini. Ia mengutip syair sebagai berikut كلُّ العداوة قد ترجى إزالتها إلا عداوة من عاداك من حسد Artinya, “Setiap permusuhan terkadang dapat diharapkan hilang padam kecuali permusuhan yang memusuhimu karena hasad,” Lihat Imam Al-Ghazali, Khulashatut Tashanif fit Tashawwuf 189. Al-Imam Al-Ghazali menyarankan kita untuk mengabaikan dan berpaling dari pertanyaan orang dengki sebagai bentuk pengamalan Surat An-Najm ayat 29. Penjelasan dan upaya penyembuhan ketidaktahuan seseorang yang dilatari kedengkian hanya akan menyalakan api kedengkiannya. Pasalnya, pertanyaan yang dilontarkan memang bukan diniatkan untuk mengobati ketidaktahuannya, tapi karena kedengkiannya. فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا Artinya, “Berpalinglah dari orang yang berpaling dari mengingat Kami; dan yang tidak menginginkan selain kehidupan dunia,” Surat An-Najm ayat 29. Kedua, penyakit yang bersumber dari kedunguan dan kebebalan al-hamaqah atau al-ahmaq. Penyakit ini hampir tidak dapat disembuhkan. Nabi Isa AS mengatakan, “Aku berdaya untuk menghidupkan orang mati. Tetapi aku tidak berdaya memperbaiki orang bebal.” Orang dungu atau bebal adalah orang yang mempelajari satu dua hari satu bab sebuah ilmu dan belum masuk sama sekali mempelajari ilmu aqli salah satunya ilmu kalam, ilmu tauhid, atau ilmu logika dan ngeyelnya setengah mati. Orang seperti ini dijelaskan juga tidak mau mengerti karena bawaan ilmu segenggam atau seujung kuku. Tetapi nahasnya dengan bekal ilmu sehari atau dua hari itu, ia mengajukan pertanyaan sejenis sanggahan atau penolakan kepada ulama yang menghabiskan usianya untuk mempelajari dan memperdalam berbagai ilmu pengetahuan yang serumpun. Orang dungu atau bebal tidak menyadari penolakan atau sanggahan seorang pelajar pemula kepada seorang alim guru besar bersumber dari kebodohan dan ketidaktahuan. Ia tidak menyadari kemampuan dirinya dan kapasitas keilmuan guru besar tersebut karena kedunguan dan kebebalannya. Oleh karena itu, kita disarankan untuk berpaling dan mengabaikan jawaban untuk orang seperti ini. Lihat Imam Al-Ghazali, Khulashatut Tashanif fit Tashawwuf 189. Pada kesempatan lain, Imam Al-Ghazali mengatakan, orang dungu atau bebal adalah orang yang menuntut sedikit kurang dari satu bab dari bagian ilmu sebentar atau instan zamanan qalilan baik ilmu aqli maupun ilmu syariat. Ia mencoba mengajukan pertanyaan kepada seorang ulama besar yang menghabiskan umurnya untuk ilmu aqli dan ilmu sya’ri. Tetapi konyolnya, ia menyangka bahwa sebuah materi pengetahuan yang problematik musykil menurutnya juga musykil menurut si alim besar. Lihat Imam Al-Ghazali, Ayyuhal Walad pada Majmu’atu Rasa’ilil Imam Al-Ghazali, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah tanpa tahun] halaman 283. Ketiga, penyakit orang yang melontarkan pertanyaan karena kelemahan daya pikir atau IQ rendah baladah atau balid. Orang ini meminta penjelasan atas ucapan ulama. Tetapi ia sebenarnya tidak memiliki kecakapan untuk memahami hakikat ucapan ulama karena keterbatasan daya pikirnya. Ia menanyakan pandangan-pandangan dan pokok pikiran ulama yang pelik, jelimet, rumit, abstrak, atau “tinggi” lagi-lagi karena keterbatasan daya jangkau pikirannya. Tetapi ia tidak menyadari kapasaitas daya pikirnya. Untuk orang ini, Imam Al-Ghazali menyarankan kita untuk mengabaikan pertanyaan mereka sesuai sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini نحن معاشر الأنبياء أمرنا بأن نكلم الناس على قدر عقولهم Artinya, “Kami para nabi diperintahkan untuk berbicara kepada umat manusia sesuai kapasitas daya pikir mereka.” Keempat, penyakit orang yang mencari petunjuk dan ia memiliki kecerdasan, kecakapan, dan kapasitas serta daya pikir yang bagus untuk menerima pelajaran. Ia tidak terpengaruh dan terbawa hanyut oleh marah, syahwat, hasad, kerakusan pada harta, dan nafsu gila kekuasaan. Ia adalah orang yang mencari jalan kebenaran. Ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak membingungkan Pasien seperti ini, kata Al-Imam Al-Ghazali, dapat disembuhkan. Upaya pengobatan terhadap orang seperti ini layak bahkan wajib ditempuh. Wallahu a’lam. Tags memahami
PertanyaanKeenam: Imam Ghazali : "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? " Murid- Murid dengan serentak menjawab : "Pedang" Imam Ghazali : "Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu iDa mengajukan enam pertanyaan. Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab kematian adalah janji Allah SWT. "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati." QS Ali Imran [3] 185. Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan kedua, "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Siapa pun kita, bagaimana pun kita, dan betapa kayanya kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga, "Apa yang paling besar di dunia ini?" Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu". Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya. Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu. Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?" Di antara muridnya ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban hampir benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah "memegang amanah." Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?" Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan "shalat". Lalu pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang...?" Benar kata Imam Ghazali, tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan kematian, senantiasa belajar dari masa lalu, dan tidak memperturutkan nafsu? Sudahkah kita mampu mengemban amanah sekecil apapun, senantiasa menjaga shalat, dan selalu menjaga lisan kita? sumber Harian Republika
ImamAl-Ghazali mengilustrasikan pertanyaan yang diajukan oleh orang yang tidak tahu sebagai keterangan penyakit yang diajukan oleh pasien kepada dokter. Sedangkan jawabannya diumpamakan sebagai upaya dokter dalam menyembuhkan penyakit tersebut. Orang bodoh adalah pasien yang sakit. Sedangkan ulama adalah dokternya.
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون, وقال الله تعالى فى القرأن العظيم كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ الله العلي العظيم Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah Pada kesempatan khutbah kali ini, pertama-tama saya mengajak pribadi saya sendiri dan kaum muslimin umumnya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. Hanya dengan taqwalah bekal yang untuk menghadap-Nya nanti. Fainna khairaz zadit taqwa. Jangan ragukan janji Allah, bahwa ia hanya melihat seseorang dari ketaqwaannya bukan dari sisi lainnya. Jama’ah yang dimuliakan Allah Dalam khutbah kali ini saya hendak mengisahkan sebuah cerita diskusi antara Imam Al-Ghozali dengan muridnya. Ada enam pertanyaan yang dilontarkan beliau kepada para muridnya, dan kesemuanya sangat bagus untuk kita simak niali-nilai yang terkandung di dalamnya. Suatu ketika Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya. Wahai murid-muridku sekalian, coba kalian jawab "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?" Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayaka Ali Imran 185 Kematian adalah sesuatu yang tiada seorang pun tahu kapan ia akan datang. Karena itu manusia harus selalu bersiap diri menghadapinya. Terkadang ia jauh terasa, padahal ia dekat dalam kenyataannya. Janganlah kita lengah dalam memahami hal ini, jangan sekali-kali merasa diri jauh dari mati, karena itu membuat kita besar hati. Justru kerahasiaannya harus kita maknai bahwa mati bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa adanya peringatan dari-Nya. Inilah yang hendak disampaikan oleh Al-Ghazali kepada murid-muridnya. Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua.... "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Ini tepat dengan sebuah hadits yang menganjurkan bahwa kehidupan kita hari ini harus jauh lebih baik dari kemaren, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika difikir lebih dalam, maka yang perlu diperhatikan adalah waktu. Waktu tidak akan datang berulang untuk kedua kali, sekali kita bertindak kesalahan kita tidak bisa merevisinya lagi. Paling banter kita hanya bisa bertobat dan berharap pengampunan. Sebagian pepatah bilang waktu adalah sesuatu yang paling berharga. Emas, harta bisa dicari tapi waktu yang sudah berlalu tak mungkin hadir kembali. Jama’ah Jum’ah yang berbahagia Mati dan waktu adalah dua rahasia yang ada di genggaman-Nya. Kita sebagai hamba hanya bisa berharap dan berdo’a semoga Allah swt memberikan anugrah kepada kita agar mampu memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.... "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawah "gunung, bumi dan matahari". Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. QS. 7179 Al A'Raf 179. Nafsu adalah hal penentu pada diri manusia. Ingin bahagia yang hakiki? Kendalikanlah nafsumu, ingin celaka selamanya? Turuti nafsumu... pengendalian nafsu adalah kunci dalam hidup ini. Itulah pesan tersembunyi dari al-Ghazali bahwa nafsu adalah hal paling besar, hal yang paling menentukan.... Kemudian al-Ghazali meneruskan pada Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Murid-murid Ada yang menjawab "besi dan gajah". Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, QS. 3372 Al Ahzab 72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya. Jama’ah yang dimuliakan Allah Pertanyaan Imam al-Ghazali yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?"... Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat. Kita harus ingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditanyakan Allah kepada manusia. Dan sholat adalah kewajiban terpenting di dunia ini. Namun anenya, meski demikian sholat adalah hal termudah yang sering dilewatkan oleh orang-orang muslim? Ringan sekali mlewatinya. Dan pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"... Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Ingatlah sebuah hadits yang menerangkan المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده seorang muslim adalah orang bisa menjaga orang muslim lainnya dari lisannya dan tangannya. Khirnya, di penghujung khotbah ini saya mengajak diri saya dan jama’ah sekalian bila ada waktu sering-seringlah merenung bahwa mati akan segera menjemput kita, insyaallah diri kita akan termotifasi untuk mengendalikan nafsu, menjalankan sholat, menjaga lidah dan memegang amanah. بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
. 488 2 143 225 67 139 299 316
pertanyaan imam al ghazali